Sabtu, 23 Mei 2009

hiperemisisgravidarum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang.

Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80 % Primigravida dan 40 – 60 % multi gravida, satu diantara seribu kehamilan. Perasaan muntah disebabkan oleh karena meningkatnya oleh kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh psikologik kenaikan hormone ini belum jelas. Mungkin. karena system syaraf pusat atau pengosongan lambung yang kurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi tergangu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadan inilah yang disebut Hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan yang fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.( Mansjoer, Arief, 2001 : 259 )

Hiperemisis gravidarum merupakan suatu keadaan yang dikarakteriskan dalam rasa mual yang berlebih, muntah kehilangan berat badan dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Sebagian besar ibu hamil ( 70 – 80 % ) mengalami morning sicknes dan sebanyak 1 - 2 % dari semua ibu hamil mengalami morning sickness. Yang ekstrim yang disebut Hiperemisis gravidarum . Hiperemisis Gravidarum tidak dapat dicegah namun ibu hamil dapat menjadi nyaman, jika mengetahui cara manajemen perawatan Hiperemmisis Gravidarum tersebut. Hiperemisis Gravidarum ringan bisa diatasi dengan perubahan diet. Istirahat dan pemberian antasida. Keadaan yang lebih parah hampir selalu memerlukan perawatan di rumah Sakit untuk penggantian cairan tubuh yang hilang akibat muntah dan dapat nutrisi.

( WWW. Google.com )

B. Tujuan

1. Sebagai syarat untuk tugas akhir dalam ujian sidang.

2. Agar mahasiswa mengetahui lebih lanjut tentang Hiperemesis Gravidarum.

3. Agar mahasiswa dapat memberikan Asuhan Keperawatan dengan tepat pada Hiperemesis Gravidarum.

C. Metode Penulisan.

Dalam penulisan Asuhan keperawatan ini penulis menggunakan metode studi pustaka, yaitu suatu metode yang menggunakan system pengambilan materi dari berbagai literature yang berhubungan dengan Hiperemisis gravidarum. Di samping penulis juga menggunakan metode kasus yang ada.

D. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

A. Latar belakang

B. B. Tujuan

C. Metode penulisan

BAB II : Konsep Dasar

A. Konsep dasar medis

B. Konsep dasar keprawatan

C. BAB III : Tinjauan Kasus

A. Pengkajian

B. Diagnosa

C. Intervensi

D. Implementasi

E. Evaluasi

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Hiperemisis gravidarum adalah mual dan muntah berlebih sehingga pekerjaan sehari – hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk, mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering di jumpai pada kehamilan trimester pertama, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60 – 80 % Primigravida dan 40 - 60 % multi gravida mengalami mual muntah. Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1000 kehamilan. ( MAnsjoer Arief 2001 : 259 )

Hiperemisis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan dan ini adalah gejala wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester pertama , gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung kurang lebih 10 minggu. ( sarwono Prawiharjo, 2002 : 275 )

Kesimpulan : Dari berbagai pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa, hiperemisis gravidarum adalah mual muntah yang berlebih dan gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester pertama.

B. Etiologi

Penyebab Hiperemisis gravidarum belum diketahui scara pasti factor predisposisi faktor lain yang telah ditemukan adalah sebagai berikut :

a. Faktor prediposisi yang sering di temukan adalah primigravida molahidatidosa dan kehamilan ganda yan menimbulkan faktor ganda yang menimbulkan faktor human khorionik. Gonadotropin di bentuk berlebih.

b. Faktor organik yaitu alergi masuknya khloriosis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini.

c. Alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak.

d. Faktor psikologi, memegang peran penting pada penyakit ini.

( Sarwono prawiharjo, 2002 : 275 – 276 )

C. Patofisiologi

Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama pengaruh psikologik. Hormon estrogen ini tidak jelas mungkin berasal dari sitem syaraf pusat atau akibat dari berkurangnya pengosongan lambung.

Hiperemisi gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya cairan dan elektrolit dengan alkolosis hipoklomik. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis dipakai untuk keperluan energi karena oksidasi lemak yang tidak sempurna. Terjadilah ketoasidosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, Asam hidrosiburitik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra seluler dan plasma berkurang. Natrium dan darah rutin, Juga chloride air kencing berkurang. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke dalam jarigan menurun. Hal ini akan menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen kejaringa mengurang pula dan mmenimbulkan zat – zat metabolic yan toksik. Kekurangan kalium akan terjadi, karena muntah dan karena peningkatan eskresi kalium melalui ginjal. Hipokalemi ini menyebabkan lebih banyak muntah yang bertambah banyak, bersamaan dengan kerusakan hati akan menyebabkan sirculasi vitiosus yang sukar dipatahkan.

Diasamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan lambung dengan akibat perdarahan gastro intestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan tranfusi atau tindakan operatif. ( Sarwono Prawiharjo, 2002 : 276 – 177 )

D. Manifestasi klinis

Hiperemisis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkat :

Tingkat I :

a. Muntah terus menerus

b. Lemah

c. Nafsu makan tidak ada

d. Berat badan turun

e. Nyeri epigastrium ; nyeri pada lambung bagian atas

f. Nadi meningkat 100 x / menit

g. Tekanan darah systole menurun

h. Turgor kulit berkurang : input berkurang

i. Lidah kering dan mata cekung

Tingkat II :

a. Penderita lebih lemah dan apatis

b. Turgor kulit berkurang

c. Lidah mongering dan kotor

d. Nadi kecil dan cepat

e. Suhu kadang baik

f. Mata sedikit ikterik

g. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung

h. Tensi menurun

i. Hipotensi

j. Hemokonsentrasi

k. Oliguri dan konstipasi

l. Nafas Berbau aseton

Tingkat III :

a. Kasadaran pasien menurun

b. Muntah berhenti

c. Nadi meningkat

d. Tekanan darah makin menurun

e. Kompliksi fatal dapat terjadi anche phalopati werniche dengan gejala histagmus di plopia, perubahan mental. ( Sarwono prawiharjo, 2002 : 277 – 278 )

E. Penatalaksanaan

a. Obat obatan sedative Phenobarbital

Vitamin yang dianjurkan B1 dan B6

Antihistamin seperti : dramin, avion

Antiemetika seperti : disklomin hidrokloride / khlor promazin

b. Isolasi

Penderita disendirikan didalam kamar tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik, catat cairan yang keluar dan masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam ruangan., sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama 24 jam, kadang isolasi gejala – gejala berkurang atau hilanng tanpa pengobatan.

c. Terapi

Perlu di yakinkan kepada penderita bahwa penyakit ini dapat disembuhkan.

d. Cairan parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dan glukosa 5 % dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2 – 3 liter bila perlu ditambah kalium dan vit C dan bila ada kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara IV.

e. Penghentian kehamilan / abortus terapheutik.